Rabu, 17 Desember 2014

Hukum Jual Beli


A.        Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad). Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-bay’. Secara terminology jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya. Menurut syari’at islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Jual-beli atau bay’u adalah suatu kegiatan tukar-menukar barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu baik dilakukan dengan menggunakan akad maupun tidak menggunakan aqad. Intinya, antara penjual dan pembeli telah mengetahui masing-masing bahwa transaksi jual-beli telah berlangsung dengan sempurna.
B.   Landasan Hukum Jual Beli
Landasan Syara’: Jual beli di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Yakni :
a. Berdasarkan Al-Qur’an diantaranya:
                                                                                                وَحَرَّمَ وَحَرَّمَ الْبَيْعَ اللَّهُ وَأَحَلَّ
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al- Baqarah : 275)
قِيَامًا لَكُمْ اللَّهُ جَعَلَ الَّتِي أَمْوَالَكُمُ السُّفَهَاءَ تُؤْتُوا وَلا
Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh dan harta itu dijadikan Allah untukmu sebagai pokok penghidupan”. (An-Nisa:5).

تَقْتُلُوا وَلا مِنْكُمْ تَرَاضٍ عَنْ تِجَارَةً تَكُونَ أَنْ إِلا بِالْبَاطِلِ بَيْنَكُمْ أَمْوَالَكُمْ تَأْكُلُوا لا آمَنُوا الَّذِينَ أَيُّهَا يَا
                                                                     رَحِيمًا بِكُمْ كَانَ إِنَّ إأَنْفُسَكُمْ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa: 29).
b. Berdasarkan Sunnah
       Rasulullah Saw. Bersabda: 
      “dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya: pencarian apakah yang paling baik? Beliau menjawab: “Ialah orang yang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih”. (H.R Al-Bazzar dan disahkan Hakim).
        Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling meridhoi) (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
c. Bardasarkan Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau harta milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.


ATURAN JUAL BELI


BEBERAPA RUKUN JUAL BELI
1.    Penjual dan pembeli
Syarat keduanya :
a.    Berakal, agar dia tidak terkicuh, orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya
b.    Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa)
c.    Keadaannya tidak mubazir (pemboros) karena harta orang yang mubazir itu ditangan walinya.
d.   Baligh
2.    Uang dan benda yang dibeli
Syarat keduanya :
a.    Suci,najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit mayat yang belum disamak
b.    Ada manfaatnya
c.    Barang dapat dimiliki pembeli
d.   Barang yang dijual milik penjual atau milik orang lain yang mewakilkan penjualannya padanya
e.    Barang dapat diketahui oleh keduanya
3.    Ada ijab qabul
(transaksi) : ijab penjual misalnya, saya jual barang ini seharga sekian....; dan qabul pembeli misalnya saya beli (terima) barang ini seharga sekian.

C.  KHIYAR

Khiyar secara etimologi adalah berasal dari bentuk mashdar yang berasal dari Ikhtiyar yang berari Memilih, terbebas dari aib, dan melaksanakan pemilihan. Sedangkan secara terminologi khiyar mempunyai beberapa pengertian namun dapat disimpulkan, “khiyar adalah hak orang yang melakukan transaksi (‘aqid) untuk membatalkan transaksi atau meneruskannya karena adanya alasan syar’i yang memboehkannya atau karena kesepakatan dalam transaksi  Dapat dikatakan juga bahwa khiyar adalah tuntutan untuk memilih dua hal: meneruskan transaksi atau membatalkannya.
Sedangkan menurut ulama Fiqih khiyar mempunyai pengertian

اَنْ يَكُوْنَ لِلْمُتَعَا قِدِ الْحَقُّ فِى اِمْضَاءِ الْعَقْدَ اَوْ فَسْخِهِ اِنْ كَانَ الْخِيَاَرُ خِيَارُ شَرْطٌ اَوْ رُؤْسَةٍ اَوْ عَيْبٍ اَوْ اَنْ يَخْتَارَ اَحَدُ اْلبَيْعَيْنِ اِنْكِانَ اْلخِيَارُ خِيَارُ تَعْيِيْنٍ

Artinya : “suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang yang akad ) memiliki hak untuk memutuskan akadnya yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat khiyar aib, khiyar ru’yah atau hendaklah memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin.”( Al – Juhaili. 1989 : 250.)
Khiyar ada tiga macam :
1.    Khiyar majlis, artinya si pembeli dan si penjual boleh memilih antara dua perkara tadi, selama keduanya masih tetap di tempat jual beli, khiyar majlis boleh dalam semua macam jual beli.
2.    Khiyar syarat, artinya khiyar itu dijadikan syarat sewaktu ‘aqad oleh keduanya atau salah seorang, seperti kata si penjual. “saya jual ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari. Khiyar syarat boleh dilakukan dalam segala macam jual beli, terkecuali barang yang wajib diterima di tempat jual beli, seperti barang-barang yang riba’. Masa khiyar syarat paling lama hanya tiga hari tiga malam, terhitung dari hari ‘aqad.
3.    Khiyar ‘aibi (cacat), artinya si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila terdapatpada barang yang dibeli itu suatu cacat yang mengurangan akan yang dimaksud pada barang itu atau mengurangkan harganya, sedang biasanya, barang yang seperti itu baik dan sewaktu ‘aqad, cacatnya itu sudah ada tetapi si pembeli tidak tahu atau terjadi sesudah ‘aqad, yaitu sebelum diterimanya.

MENCABUT JUAL BELI TERHADAP ORANG YANG MENYESAL
Apabila terjadi penyesalan di antara dua orang jual beli disunatkan atas yang lain mencabut ‘aqad jual beli antara keduanya.
HUKUM-HUKUM YANG BERSANGKUT PAUT DENGAN JUAL BELI

1.    Mubah (boleh), ialah asal hukum jual beli.
2.    Wajib, seperti wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa, begitu juga qadhi menjual harta muflis ( orang yang lebih banyak utangnya daripada hartanya) sebagaimana akan datang keterangannya tentang urusan muflis.
3.    Haram, sebagaimana yang telah lalu rupa-rupanya jual beli yag terlarang.
4.    Sunat, seperti jual beli  kepada sahabat atau pemilik yang dikasihi dan kepada orang yang sangat berhajat kepada barang itu.


Daftar Pustaka

Rasyid Sulaiman, 2010, Fiqih Islam,Sinar Baru Algensindo, Bandung
Yunus Mahmud, Naimi Nadlrah, 2011, Fiqih Muamalah, Ratu Jaya, Medan
http://masudkhan2000.blogspot.com/2013/01/makalah-jual-beli.html
http://pasar-islam.blogspot.com/2011/04/fiqih-muamalah-bab-3-murabahah-jual.html



0 komentar:

Posting Komentar